cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008" : 6 Documents clear
PEMURNIAN MINYAK NILAM DAN MINYAK DAUN CENGKEH SECARA KOMPLEKSOMETRI MA’MUN MA’MUN
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n1.2008.36-42

Abstract

ABSTRAKMinyak nilam dan minyak daun cengkeh mempunyai arti pentingdalam ekspor minyak atsiri Indonesia, karena kedua jenis minyak atsiritersebut memiliki volume ekspor tertinggi. Sebagian minyak nilam danminyak daun cengkeh dihasilkan dari penyulingan yang masih mengguna-kan ketel penyuling terbuat dari logam besi, sehingga warnanya keruh dangelap. Keadaan tersebut menyebabkan kedua minyak tersebut sulit diteri-ma dalam perdagangan dan harganya lebih rendah. Minyak yang keruhdan gelap karena kontaminasi dari logam besi dapat dimurnikan dengancara kompleksometri, yaitu pengikatan logam menggunakan bahan kimiayang disebut bahan pengkelat (chelating agent). Penelitian pemurnianminyak nilam dan minyak daun cengkeh yang keruh dan gelap telahdilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Balai Penelitian TanamanRempah dan Obat, Bogor, dari bulan Januari sampai April 2005.Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap(RAL) dengan 3 perlakuan dan diulang 3 kali. Perlakuan yang diuji terdiriatas (1) jenis bahan pengkelat, yaitu etilen diamin tetra asetat (EDTA),asam sitrat dan asam tartarat; (2) konsentrasi pada masing-masingpengkelat terdiri atas 0,50%; 1,0% dan 1,50%; (3) lama waktu pengadukanyaitu 30; 60 dan 90 menit. Penilaian hasil pemurnian didasarkan padatingkat kejernihan minyak (%T), kandungan besi (Fe) dan kandungankomponen utama dalam minyak hasil pemurnian. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa bahan pengkelat, konsentrasi pengkelat maupun lamapengadukan sangat berpengaruh terhadap tingkat kejernihan dankandungan besi dalam minyak hasil pemurnian. EDTA dapat memurnikanminyak nilam dan minyak daun cengkeh lebih baik dibanding asam sitratdan asam tartarat. Semakin tinggi konsentrasi pengkelat serta semakinlama waktu pengadukan dapat meningkatkan kejernihan minyak nilam danminyak daun cengkeh dan menurunkan kandungan besi didalam keduaminyak tersebut. Bahan pengkelat EDTA 1,50% menghasilkan minyakpaling jernih serta kadar Fe paling rendah. Pada minyak nilam kadar Feterendah 17,66 ppm dan pada minyak daun cengkeh 27,16 ppm. Kom-ponen utama dalam minyak nilam yaitu patchouli alkohol dan komponenutama dalam minyak cengkeh yaitu eugenol serta karakteristik lainnyadalam kedua minyak tersebut tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Minyaknilam dan minyak daun cengkeh hasil pemurnian tersebut memenuhipersyaratan Standar Nasional Indonesia.Kata kunci : Nilam, Pogostemon spp., cengkeh, Eugenia aromatica,minyak nilam, minyak daun cengkeh, prosesing, pemurnian,kompleksometri, patchouli alkohol, eugenol, Jawa BaratABSTRACTPatchouly oil and clove leaf oil purification usingcomplexometry methodPatchouly oil and clove leaf oil have the biggest volume in the totalIndonesian essential oil export. Some of the oil is produced using ironmetal distilling apparatus. So that, as the result the oil produced is dirtyand has dark colour. Its quality is low and its price is lower. Purification ofthe dirty and dark oil can be carried out using complexometry method,where the iron metals are attachted by chelating agent chemical to form thecomplex compound. The purification experiment was carried out toevaluate the influence of chelating agents (EDTA, citric acid, tartaric acid)their concentration and duration of mixing on the quality of pure oilproduced. Material used was the crude patchouly oil and clove leaf oilfrom the small distilling industry in Purwokerto, Central Java. Theexperiment used a completely randomized design, arranged factoriallywith three replications. Parameters used for evaluating the effect of thetreatment were the clearness of the oil, iron (Fe) content, and the maincomponent (patchouly alcohol in patchouly oil, eugenol in clove leaf oil)of oil produced. Experiment was conducted in the Postharvest TechnologyLaboratory, Research Institute for Spice and Medicinal Crops, Bogor, fromJanuary to April 2005. The result of the experiment showed that the bestpurification method is using EDTA chelating agent of 1.50% concen-tration. Such a purification method produced the clearest oil and the lowestiron content in purified patchouly oil and clove leaf oil. Meanwhile, themain component content and other characteristics of both oil were notaffected by the treatment. Patchouly oil and clove leaf oil of thepurification method meet the Indonesian National Standard.Key words: Patchouly, Pogostemon spp., patchouly oil, clove, Eugeniaaromatica,  clove  leaf  oil,  processing,  purification,complexometry, patchouli alcohol, eugenol, West Java
KERAGAMAN GENETIKA VARIAN ABAKA YANG DIINDUKSI DENGAN ETHYLMETHANE SULPHONATE (EMS) RULLY DYAH PURWATI; SUDJINDRO SUDJINDRO; ENDANG KARTINI; SUDARSONO SUDARSONO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n1.2008.16-24

Abstract

ABSTRAKMutasi in vitro dengan perlakuan mutagen dapat digunakan untukmeningkatkan keragaman genetika abaka melalui keragaman somaklonal.Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: (1) menentukan konsentrasioptimum EMS untuk induksi keragaman somaklonal dalam kultur kalusembriogen abaka, (2) meregenerasikan bibit abaka varian dari kalusembriogen yang diberi perlakuan EMS, dan (3) mengevaluasi tipe danfrekuensi keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif di antara populasitanaman mutan abaka yang diperoleh dari regenerasi kalus embriogenyang diberi perlakuan EMS. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus2003 sampai Agustus 2006 di Laboratorium Kultur Jaringan dan KebunPercobaan Karangploso, Malang pada Balai Penelitian TanamanTembakau dan Serat, Malang (Balittas). Hasil penelitian menunjukkanbahwa 0,6% EMS merupakan konsentrasi optimum karena padakonsentrasi tersebut diperoleh keragaman somaklonal paling banyak.Varian yang diperoleh menunjukkan karakter kualitatif dan kuantitatifabnormal. Tipe varian tersebut umumnya bersifat negatif dan kurangmenguntungkan dibandingkan dengan populasi standar. Tipe dan frekuensikeragaman kualitatif dan kuantitatif pada klon Tangongon berbeda denganklon Sangihe-1, mengindikasikan adanya pengaruh genotipe terhadapkeragaman somaklonal. Varian dari abaka klon Tangongon denganproduksi serat tertinggi (161,0 g dan 154,0 g/tanaman) diperoleh dariperlakuan EMS 0,3% (T1 28.1.1 dan T1 11.2.2), sedangkan dari klonSangihe-1, hasil serat tertinggi (35,0 g dan 40,0 g/tanaman) diperoleh dariperlakuan EMS 0,6% (S4 28.1.0 dan S4 56.2.0). Produktivitas tersebutlebih rendah dibandingkan dengan produksi serat tanaman kontrol klonTangongon (193,0 g/tanaman) dan Sangihe-1 (70 g/tanaman).Kata kunci : Abaka, Musa textilis, keragaman somaklonal, EMS, muta-genesis, in vitro, hasil, Jawa TimurABSTRACTGenetic Variability of Abaca Variants Induced byEthylmethane Sulphonate (EMS)In vitro mutation with mutagen treatment can be used to increasethe genetic variability of abaca by inducing somaclonal variation. Theobjectives of the experiments were to (1) determine optimum concen-tration of EMS to induce abaca somaclonal variation, (2) produce abacalines from EMS treated embryogenic calli and evaluate their performancein the field, and (3) evaluate type and frequency of qualitative andquantitative variant characters among regenerated abaca lines. Thisexperiment was conducted in Tissue Culture Laboratory and KarangplosoExperiment Station of Indonesian Tobacco and Fibre Crops ResearchInstitute (ItoFCRI) Malang from August 2003 to August 2006. The resultsshowed that EMS treatment on abaca embryogenic calli induced variation,and the optimum EMS concentration was 0.6%. The variants exhibited anumber of abnormal qualitative and quantitative characters which weregenerally negative characters since they showed lower value as comparedto control population. The presence of different types of qualitative andquantitative variant characters was genotype dependent. Variants fromabaca clone Tangongon having the highest fibre yield (161.0 g and 154.0g/plant) were obtained from 0.3% EMS treatment (T1 28.1.1 and T1 11.2.2variants). While variants from abaca clone Sangihe-1 having the highestfibre yield (35.0 g and 40.0 g/plant) were obtained from 0.6% EMStreatment (S4 28.1.0 and S4 56.2.0 variants). The fibre yield of controlclones, Tangongon and Sangihe-1, were 193.0 g and 70 g/plant,respectively.Key words: Abaca, Musa textilis, induced mutation, somaclonalvariation, field evaluation, yield, East Java
MULTIPLIKASI TUNAS DAN AKLIMATISASI PEGAGAN (Centella asiatica L.) PERIODE KULTUR LIMA TAHUN NATALINI NOVA KRISTINA; DEDI SURACHMAN
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n1.2008.30-35

Abstract

ABSTRAKPegagan (Centella asiatica L.) adalah tanaman obat yangmengandung zat asiaticotik sebagai obat alzaimer dan penghalus kulit.Tanaman ini telah diperbanyak sejak tahun 2000. Penelitian dilakukan diLaboratorium Kultur Jaringan dan Rumah Kaca Kelompok PenelitiPlasma Nutfah dan Pemuliaan, Balai Penelitian Tanaman Obat danAromatik, Bogor dari bulan Januari 2000 sampai dengan Juni 2005.Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya multiplikasi tunas setiapperiode subkultur dimulai dari tahun kedua sampai periode lima tahun.Media yang digunakan adalah MS + BA 0,1 mg/l. Pengamatan dilakukanpada jumlah tunas, jumlah daun dan visual tunas pada umur 2, 3, 4 dan 5tahun pada dua periode subkultur setiap tahunnya. Penelitian disusundengan rancangan acak lengkap, masing-masing terdiri atas 10 botol yangmerupakan ulangan dan setiap botol terdiri atas 1 eksplan. Untuk re-mediaterhadap tanaman yang terlihat berubah digunakan media MS + BA (0;0,1; 0,2; 0,3) mg/l. Selanjutnya untuk perakaran dilakukan pada media MS+ IAA (0,1 dan 0,2); MS + NAA (0,1 dan 0,2) mg/l serta MS + IBA (0,1dan 0,2) mg/l. Plantlet utuh yang terbentuk selanjutnya diaklimatisasi padamedia tanah + pupuk kandang dan tanah + sekam dengan perbandingan 1 :1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya multiplikasi tunas optimumterjadi pada tahun ketiga, dan memasuki tahun keempat dan kelimamenurun yang diiringi dengan perubahan eksplan yang terlihat padatangkai daun yang terbentuk. Akar terpanjang dan terbanyak yangterbentuk didapat pada media IAA 0,2 mg/l dengan penampilan yangkurus dan rapuh. Keberhasilan aklimatisasi sangat rendah, tetapi plantletmampu beregenerasi dengan baik dan terlihat tumbuh normal. Dari hasilperbanyakan terlihat bahwa jumlah anakan, jumlah daun, panjang stolondan jumlah bunga lebih tinggi dibandingkan yang tumbuh pada mediasekam, berturut-turut : 6,77; 7,30; 46,50 cm dan 8,31. Sementara padamedia sekam komponen yang dominan adalah panjang tangkai daun yakni9,75 cm.Kata kunci : Pegagan, Centella asiatica L., multiplikasi, tunas, aklima-tisasi, penyimpanan, Jawa BaratABSRACTShoot multiplication and acclimatization of gotuloca(Centella asiatica L.) five years after conservation by invitro cultureGotuloca (Centella asiatica L.) is a medicinal crop containingasiaticotic as alzaimer and skin revitalizer. This crop has beenmultiplicated in vitro since 2000. This research was carried out in thelaboratory and glasshouse of Breeding and Germplasm Group in theIndonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute (IMACRI)from January 2000 to June 2005. The objective of the research was to findout the viability of shoots multiplication after two year to five year period,with media MS + BA 0.1 mg/l. The parameters observed were the numberof shoots, the number of leaves at the age 2, 3, 4 and 5 years from twosubculture periods every year. The treatments were arranged in acompletely randomized design, each replication consisted of 10 bottles andeach bottle consisted of 1 explant. After subculture the ex-plant were re-media in medium MS + BA (0; 0,1; 0,2; 0,3) mg/l. The rooting mediabefore glasshouse were : MS + IAA ( 0,1 and 0,2); MS + NAA ( 0,1 and0,2) mg/l; and MS + IBA ( 0,1 and 0,2) mg/l. The plantlets formed wereacclimatized using soil + cattle manure and soil + rice husk withcomparison 1:1. Research result indicated that the optimum viabilitymultiplication was achieved in the third year, and it decreased after thefourth and fifth years with change in explant forming the petiole. Thelongest and plantlet roots were formed through media IAA 0.2 mg/l withbrittle and thin appearance, but the plantlets were able to regenerate betterand grow normal. The acclimatization was not very successful but theplantlets could regenerate and grew normally. The multiplication showedthat the number of stumps, leaves, stolons and flowers were : 6,77; 7,30;46,50 cm and 8,31 respectively. In rice husk media the dominantcomponent was pedicle length 9,75 cm.Key words : Gotuloca, Centella asiatica L., multiplication, shoot,acclimatization, conservation, East Jav
PENGARUH JENIS KEMASAN TERHADAP MUTU DAN PERTUMBUHAN SETEK NILAM BERAKAR (Pogostemon cablin Benth) SELAMA PENYIMPANAN MELATI, MELATI; RUSMIN, DEVI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n1.2008.1-6

Abstract

ABSTRAKPenanganan benih yang baik sangat diperlukan untuk mempertahan-kan viabilitas benih nilam yang dikirim ke daerah yang jauh dari kebuninduk. Benih yang tidak dikemas dengan baik akan berakibat menurunnyaviabilitas benih dengan cepat, sehingga pada saat ditanam benih tidakdapat tumbuh (mati). Untuk itu telah dilaksanakan penelitian yangbertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan setek berakarterhadap pertumbuhan nilam. Percobaan dilaksanakan di rumah kaca BalaiPenelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) dari bulan Desember2004 sampai dengan Maret 2005. Percobaan disusun dalam rancanganacak lengkap (RAL) terdiri atas tujuh perlakuan dengan 3 ulangan.Perlakuan yang diberikan adalah : (1) setek nilam dibalut tissue dandibungkus plastik transparan, (2) setek nilam dibalut koran dan dibungkusplastik transparan, (3) setek nilam dibalut cocopeat dan dibungkus plastiktransparan, (4) setek nilam dibalut tissue dan dibungkus karung plastik, (5)setek nilam dibalut koran dan dibungkus karung plastik, (6) setek nilamdibalut cocopeat dan dibungkus karung plastik, (7) kontrol (setek tidakdibalut dan tidak dibungkus). Hasil percobaan menunjukkan bahwapersentase hidup setek berakar nilam yang disimpan selama 7 hari padasemua kemasan kecuali kontrol masih tinggi yaitu >90%. Hampir dariseluruh parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah tunas dan jumlahdaun) yang diamati menunjukkan pengemasan setek nilam dibalut tissuedan dibungkus plastik transparan lebih baik dibandingkan denganpengemasan setek yang lain.Kata kunci : Nilam, Pogostemon cablin, benih, setek berakar, jeniskemasan, pertumbuhan, Jawa BaratABSTRACTEffect of packing materials on the quality and growth ofpatchouli rooted cuttingsGood seed handling should be carried out seriously to maintain thecutting viability of pacthouli especially when the cutting distributed toother region far away from the seed garden. Improper cutting packing willdecrease of viability the cutting very fast and when it is planted the cuttingwill not grow.Therefore, the research was conducted to find out the effectof packing material on the growth of rooted cutting. The experiment wasconducted in the green house of the Indonesian Research Institute forAromatic and Medicinal Crops Bogor from December 2004 to March2005, and it was arranged completely in a randomized design (CRD) with3 replications, consisted of 7 packing treatments. The treatments were : (1)rooted cuttings wrapped using transparent plastic with tissue media, (2)rooted cuttings wrapped using transparent plastic with newspaper media,(3) rooted cuttings wrapped using transparent plastic with cocopeat media,(4) rooted cuttings wrapped using plastic sack with tissue media, (5) rootedcuttings wrapped using plastic sack with newspaper media, (6) rootedcuttings wrapped using plastic sack with cocopeat media, (7) control(unwrapped seedling). The results indicated that after 7 days of storage,rooted cuttings of patchouli were still viable (>90%) in all treatmentsexcept control. Packing of rooted cuttings by wrapping it with transparentplastic with tissue media showed the best growth with more number ofleaves and higher plant compared to other packing treatments.Key words : Patchouli, Pogostemon cablin, seedling, rooted cutting,packing material, growth, West Java
RESPON VARIETAS WIJEN (Sesamum indicum L.) SECARA TUMPANGSARI DENGAN JARAK KEPYAR (Ricinus communis L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL AMIK KRISMAWATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n1.2008.7-15

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai PenelitianTanaman Tembakau dan Serat, Karangploso, Malang, mulai bulan Meisampai dengan Oktober 2001. Penelitian bertujuan untuk memperolehvarietas wijen yang sesuai pada sistem tumpangsari dengan tanaman jarakkepyar. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petakberlajur dengan tiga ulangan. Perlakuan tumpangsari terdiri dari duafaktor. Faktor pertama yaitu varietas tanaman jarak kepyar Asembagus81 (Asb 81) dan Asembagus 104 (Asb 104). Faktor kedua yaituvarietas wijen Sumberrejo 1 (Sbr 1) dan Sumberrejo 2 (Sbr 2). Padasetiap ulangan juga ditanam varietas monokulturnya. Ukuran petak 6 mx 6 m, jarak tanam untuk tanaman jarak kepyar 2 m x 2 m (satutanaman per lubang) dan varietas wijen 0,5 m x 0,25 m (satu tanamanper lubang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman wijen varietasSumberrejo 1 dengan tanaman jarak kepyar varietas Asembagus 104memberikan hasil 632,55 gram biji wijen per petak dan 637,63 biji jarakper petak. Parameter total hasil relatif (RYT) sistem tumpangsari wijendengan tanaman jarak kepyar lebih besar dari satu ( > 1) yaitu antara 1,687sampai dengan 1,787, sehingga sistem tumpangsari tersebut efisien dalammemanfaatkan lahan.Kata kunci : Wijen, Sesamum indicum L., jarak kepyar, Ricinus communisL., tumpangsari, pertumbuhan, hasil, Jawa TimurABSTRACTResponse of sesamum variety as intercrops with castor ontheir growth and yieldThe experiment was conducted in the Experimental Garden of theIndonesian Tobacco and Fibre Crops Research Institute in Malang, fromMay to October 2001. The objective of the study was to find out thevariety of sesame which is suitable for intercropping with castor. A stripplot design was used with three replications. The factorial treatmentconsisted of two factors. The first factor was castor varieties (Asembagus81 and Asembagus 104). The second factor was sesame varieties(Sumberrejo 1 and Sumberrejo 2). In each replication, castor and sesamevarieties were planted as monocultures. The plot size was 6 m x 6 m,castor and sesame plant spacing were 2 m x 2 m and 0,50 m x 0,25 mrespectively. The results showed that the intercropping of sesameSumbererjo 1 variety and castor Asembagus 104 variety produced 632,55gram sesame seed per plot and 637,63 gram seed castor per plot. Thehighest relative total yield on intercropping castor and sesame wasobtained by Asembagus 104 and Sumberrejo 1 at 1,787 and the lowestrelative total yield was obtained by Asembagus 104 and Sumberrejo 2 at1,687. RYT value of the intercropping system was more than one which isconsidered as efficient in land use.Key words: Sesame, Sesamum indicum L., castor, Ricinus communis L.,intercropping, growth, yield, East Java.
KARAKTERISTIK FISIOLOGIS ISOLAT Sclerotium sp. ASAL TANAMAN SAMBILOTO HARTATI, SRI YUNI; TAUFIK, E.; SUPRIADI, SUPRIADI; KARYANI, N.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n1.2008.25-29

Abstract

ABSTRAKSclerotium sp. merupakan jamur patogen baru pada tanamansambiloto (Andrographis paniculata Ness.) yang dapat mengakibatkankematian. Penyebaran jamur ini masih terbatas di KP Cimanggu, Bogordan KP Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui  pengaruh  beberapa  faktor  lingkungan  seperti  suhu,kelembaban udara (RH), pH, dan cahaya terhadap pertumbuhan isolatSclerotium sp. asal sambiloto pada media PDA serta kisaran inangnya.Penelitian dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai PenelitianTanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Tahun 2005. Faktor lingkunganyang diuji yaitu suhu ruangan (20, 28, 35 dan 40) o C, kelembaban udara(RH 55, 75, 85, dan 100)%, pH (4, 5, 6, 7, dan 8) dan kondisi cahaya(terang, gelap, dan terang dan gelap selang 12 jam secara bergantian). Ujikisaran inang dilakukan terhadap 3 varietas jagung (ketan, pematung, dansokong) dan 3 varietas kacang tanah (jerapah, kelinci, dan simpai) sertatanaman sambiloto sebagai pembanding. Inokulasi dilakukan dengan caramenempelkan sclerotia jamur di bagian pangkal batang tanaman uji dekatpermukaan tanah. Pengamatan pertumbuhan jamur pada media agar yangdiperlakukan dan pengamatan intensitas serangan penyakit dilakukansetiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Sclerotium sp. asaltanaman sambiloto tumbuh baik pada suhu (20-35) 0 C, RH (55-100)%, danpada kisaran pH 4-8 serta pada kondisi terang atau gelap secara terusmenerus maupun bergantian selang 12 jam. Hasil uji kisaran inangmenunjukkan bahwa Sclerotium sp. dapat menyebabkan kematian tidakhanya pada tanaman sambiloto, tetapi juga pada dua varietas kacang tanah(simpai dan jerapah), sedangkan pada jagung tidak menyebabkan kematian(tahan). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa isolat Sclerotium sp.yang berasal dari tanaman sambiloto mempunyai kemampuan bertahanhidup dan berkembang pada kondisi lingkungan yang luas (broadspectrum). Ketidakmampuan jamur tersebut menginfeksi tanaman jagungvarietas ketan, pematung, dan sokong dapat digunanakan sebagai salahsatu cara pengendalian patogen dengan sistem tumpangsari dan rotasi.Kata kunci : Sambiloto, Andrographis paniculata Ness, Sclerotium sp.,karakteristik, fisiologis, Jawa BaratABSTRACTPhysiological Characteristics of Sclerotium sp. Isolatedfrom SambilotoSclerotium sp. is a new destructive fungal patogen on sambiloto(Andrographis paniculata Ness.). The distribution of the patogen was stilllimited in Cicurug, Sukabumi and Cimanggu, Bogor, West Java. The aimof this experiment was to observe the growth of Sclerotium sp fromsambiloto under different environmental factors such as temperature,relative humidity, light condition, and pH on PDA medium as well as itshost range. The experiment was conducted in Indonesian Medicinal andAromatic Crops Research Institute (IMACRI) in 2005. The environmentalfactors tested were temperature (20, 28, 35, and 40) o C; relative humidity(55, 75, 85, and 100)%; pH (4-8); and light condition (continuosly on oroff and 12 hours on and off alternatively). The pathogenicity of theSclerotium sp. was tested against 3 varieties of corn (ketan, pematung, andsokong) and 3 varieties of peanut (jerapah, kelinci, and simpai) as well assambiloto as a comparison. Sclerotia of the fungus were inoculated on thestem base of the plant tested. Observation of the growth of the fungusunder different environmental factors and disease intensity on inoculatedplants was conducted everyday. The results showed that the growth ofSclerotium sp. isolate from sambiloto was affected by differentenvironmental factors. The isolate grew well at (20-35) 0 C, relativehumidity ranged from (55-100)%, pH ranged from 4-8, and lightcondition of both continuosly on or off as well as 12 hours on and offalternativelly. The isolate was pathogenic against sambiloto as well asagainst 2 varieties of peanut (simpai and jerapah), however, it was notpathogenic against all the corn varieties tested. The result indicated thatthe isolate of Sclerotium sp. from sambiloto was a broad spectrum fungalpathogen. The resistency of the corn varieties would be of value forcontrolling the disease through mixed cropping or rotation systems.Key words: Sambiloto, Andrographis paniculata Ness, Sclerotium sp.,physiological characteristics, West Java

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue